Senin, 05 Maret 2018

Malam Anggoro Kasih

Masyarakat Jawa mengenal adanya weton Anggoro Kasih, itu adalah julukan dari weton Selasa Kliwon. Pengertian yang biasa diberikan akan apa yang dimaksud Anggoro Kasih adalah hari penuh kasih sayang. Tentu tidak ada salahnya untuk kita belajar memahami hal ini, tentang weton Anggoro Kasih.

Kok bisa hari ini dikatakan sebagai hari penuh kasih sayang, sedangkan pada umumnya malam Jumat Kliwon maupun Selasa Kliwon disebut angker. 😄

Itulah kenapa penting memahami sesuatu itu secara utuh. Agar bisa mendapat kebijaksanaan dan berlaku pantas. Hal itu adalah bagian dari proses belajar

Sebenarnya hanya akal akalan saja dari para leluhur menyebutkan angker pada malam anggoro kasih, #maksudnya adalah agar pada malam2x tersebut orang tidak keluar rumah, melainkan manekung, maneges, manembah marang Gusti (berdoa dan inget atau mensyukuri nikmat Allah).

Kenapa harus Kliwon? Dalam bahasa kawi, Kliwon disebut Kasih, sehingga Selasa Kliwon, misalnya disebut Anggoro Kasih.

Anggoro Kasih kata orang Jawa berarti tumbuhnya/munculnya cinta sehingga pada hari tersebut baik untuk bercinta, #maksudnya menghayati betapa Gusti Allah itu selalu Welas Asih pada setiap makhluk-Nya.

Pasaran kliwon mengandung arti adalah keberkahan, dimana bagi masyarakat di pulau Jawa hari kramat yang disucikan adalah kliwon, karena pada hari pasaran itu keberkahan dibuka untuk 30 hari kedepan.

Salam penuh keberkahan bagi warga Kliwon, nikmati malam ini utk kita berCinta dengan Sang Maha Kliwon🙏😘


Minggu, 04 Maret 2018

KESADARAN AKAN PERGAULAN DAN PERBUATAN YANG TEPAT

"Bergaul dgn org baik, kau ikut menjadi baik. Bergaul dgn org yg tdk baik, kau menjadi sperti mereka". 

Sang Murid tdk memahami petuah sang Guru," guru, saya paham tentang pelayanan thd sesama, bahwa melayani itu lebih mulia daripada bibir yang bercakap2x tentang kemuliaan. Tetapi maafkan kebodohan saya, saya tdk memahami tentang pergaulan baik.

Jika semua org mengejar pergaulan baik, kemudian siapa yg akan bergaul dgn mrk yg kita anggap tidk baik? Bagaimana pula mereka dpt memperbaiki diri, jika tidak ada org baik yg mau bergaul dgn mereka? Lagipula apakah mengangap diri baik itu bukan keangkuhan? Apalagi menghakimi bahwa org lain tdk baik dan menghindari mereka? "

Guru tersenyum, "banyak urusan yg mesti diselesaikan oleh Keberadaan. Biarlah Hyang Maha Ada bekerja sendiri untuk urusan2x diluar jangkauan dan kendali kita.

"Pertanyaanmu yg pertama:" jika semua org mengejar pergaulan baik, kemudian siapa yg akan bergaul dgn mereka yg tidak baik? "
"Sesungguhnya nak kau telah menjawab pertanyaanmu sendiri. Mereka yg bergaul dgn org2x yg tdk baik adalah org2x yg tidak baik pula.

"Orang baik tidak membenci orang yg tidak baik, tapi menghindarinya. Ia akan menyapa jika bertemu dlm perjalanan. Tetapi sebatas itu saja. Tidak ada yg perlu didiskusikan lagi.

Jawaban dari pertanyaanmu yg kedua, "adalah tugas para bijak utk menasehati mereka yg tidak baik. Itupun sebatas nasihat dan jika mereka mau mendengarkan. Jika tidak, seorg bijakpun tdk akan memaksanya.

Pertanyaanmu ketiga: " apakah mengangap diri baik itu bukan pertanda keangkuhan?" Ya, jika kebaikan dianggap sesuatu yg luar biasa, maka mengangap diri luar  biasa memang pertanda keangkuhan.

"Ketahuilah nak, kebaikan bukanlah sesuatu yg luar biasa. Kebaikan itu seperti kejernihan dan kebersihan air, kelembutan angin, dan keluasan angkasa. Kebaikan adalah kemanusian didalam diri manusia. Kemanusiaan adalah sesuatu yang sangat biasa.

"Justru menjadi tidak baik itulah yang Luar Biasa. Menjadi tidak baik berarti menurunkan derajat diri sebagai manusia. Jadi apa yang mesti diangkuhkan, disombongkan?

"Dan, terakhir, yg keempat:" patutkah kita menghakimi orang lain? Tidak ada yg menyuruh kita menghakimi. Tetapi, kita mesti memilah dan memilih apa yang tepat bagi kita. Dan, apa yg tepat itulah yg baik bagi kita.

"Menasehati mereka yg tidak baik adalah urusan para bijak. Ibarat pohon lebat, mereka mengayomi siapa saja. Kita masih tanaman baru, baru bertunas. Kita mesti mengurusi diri masing2x lebih dulu. Kelak jika sudah menjadi pohon besar yg lebat, dengan sendirinya siapa pun akan menghampiri dan berteduh dibawahnya".

Guruku adalah seorang bijak, tapi dia tetap rendah hati. Sementara, mereka yg masih bertunas kadang2x sudah mengangap dirinya mencapai sesuatu, sudah tercerahkan, dan bahwa pencapaiannya sudah melebihi pencapaian orang lain.

Lokäh Samastāh Sukhino Bhavantu
Semoga Mahluk-Mahluk Sealam Semesta Selalu Bahagia